Renungan ini diambil langsung dari renungan-harian-online.blogspot.com .. tanpa edit..
Ayat bacaan: 1 Korintus 10:12
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
Betapa seringnya kita melihat tokoh-tokoh terkenal yang kemudian hancur ketika sedang berada di puncak ketenaran. Ada banyak di antara mereka yang tadinya orang baik-baik, orang yang takut akan Tuhan, tetapi ketika ketenaran mulai ada dalam diri mereka, mereka pun terjebak pada berbagai jerat dosa yang akhirnya menghancurkan karir mereka seketika. Seringkali kehancuran ini begitu parah sehingga mereka sulit untuk mengembalikan popularitas mereka ke titik semula. Berbagai bentuk godaan dunia biasanya akan sulit ditolak ketika kita merasa berada di puncak, ketika kita terlena dalam kesuksesan, ketika kita merasa kuat. Skandal seks, korupsi, kesombongan, ketamakan dan sebagainya sering membuat para tokoh terkenal kemudian jatuh. Betapa ironisnya, mengingat banyak di antara mereka yang telah membangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.
Mempertahankan jauh lebih sulit daripada memulai. Itu harus selalu kita ingat. Karena di saat kesuksesan hadir dalam diri kita, ada banyak faktor yang siap membuat kita lupa diri. Ini adalah sesuatu yang akan sangat jarang menerpa ketika kita sedang merintis sesuatu. Membangun sesuatu, atau merintis sesuatu itu tidak mudah, tetapi mempertahankan itu jauh lebih sulit lagi. Paulus dengan tegas mengatakan hal ini. "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Ketika kita merasa kuat, ketika kita merasa sukses, di saat seperti itulah kita harus waspada lebih dari sebelumnya. Di saat kita mengira kita sudah teguh berdiri, ketika kita berada di puncak karir atau popularitas dan sebagainya, itulah sebenarnya yang merupakan masa paling rawan bagi kita untuk jatuh.
Alkitab pun mencatat banyak contoh tokoh yang sebenarnya luar biasa, berprestasi atau setidaknya menjanjikan, namun mereka tersandung jatuh hanya karena masalah yang relatif kecil yang seharusnya bisa mereka hindari. Lihat Musa yang antiklimaks, telah begitu sabar menuntun bangsa Israel yang tegar tengkuk selama puluhan tahun, akhirnya gagal memasuki tanah terjanji karena ia tidak bisa menahan emosi pada suatu ketika. Lihat beberapa raja Israel yang jatuh ketika berada di puncak karir dan popularitas mereka. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu cemerlang namun akhirnya binasa akibat serangkaian dosa yang ia perbuat. Korah merasa dirinya terlalu hebat kemudian haus akan kekuasaan dan jabatan lalu memberontak. akibatnya Korah dan orang-orangnya pun mengalami akhir yang mengerikan. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10).Kisah menara Babel, jemaat Laodikia dalam kitab Wahyu dan sebagainya, semua menunjukkan bahwa ketika situasi sedang sangat baik, ketika sedang berada di puncak, disanalah ada bahaya mengancam. Itulah titik rawan bagi kita untuk jatuh.
Kepada jemaat Filadelfia dalam kitab Wahyu kita bisa melihat sebuah pesan yang sangat penting untuk kita ingat. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu." (Wahyu 3:11). Peganglah terus, pertahankanlah. Itu sebuah seruan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terlebih ketika aroma kesuksesan dan kenyamanan berada di atas sedang memenuhi diri kita. Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ini sebuah pesan agar kita lebih teliti, lebih jeli dan lebih berhati-hati menapak ke depan. Keselamatan yang telah kita peroleh sebenarnya sungguh tinggi nilainya, karenanya berhati-hatilah agar jangan apa yang telah kita genggam akhirnya harus luput dari tangan kita. Demikian dikatakan oleh Penulis Ibrani: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (3:14).
Apakah saat ini anda sedang menikmati buah dari usaha yang telah kita rintis selama bertahun-tahun? Apakah anda sedang bersukacita karena apa yang kita perjuangkan berhasil? Apakah anda sedang berada pada puncak karir atau kesuksesan anda? Jika itu yang sedang anda alami saat ini, inilah saatnya bagi anda untuk benar-benar waspada. Sesungguhnya ada banyak jebakan dan jerat yang siap menjatuhkan jika kita tidak hati-hati. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Di saat kita sedang merasa kuat, disanalah sebenarnya masa-masa rawan yang harus benar-benar kita awasi. Marilah kita terus mengingatkan diri kita agar terus memegang apa yang sudah dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan agar jangan lenyap dari diri kita. Berhati-hatilah terhadap berbagai jebakan dosa, apalagi yang tidak kasat mata, terlihat sepele, kita anggap sangat kecil dan sebagainya. Sudah terlalu banyak contoh kejatuhan anak-anak Tuhan disaat mereka sedang terlena dalam kesuksesan, di kala mereka sedang merasa kuat dan hebat. Oleh karena itu peganglah teguh apa yang sudah anda miliki hari ini dari Tuhan, pertahankanlah, dan tetaplah bersyukur dan hidup rendah hati, mengasihi seturut dengan kehendak Allah ketika anda sedang berada di atas.
Ketika kita kuat berhati-hatilah agar jangan jatuh
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
Betapa seringnya kita melihat tokoh-tokoh terkenal yang kemudian hancur ketika sedang berada di puncak ketenaran. Ada banyak di antara mereka yang tadinya orang baik-baik, orang yang takut akan Tuhan, tetapi ketika ketenaran mulai ada dalam diri mereka, mereka pun terjebak pada berbagai jerat dosa yang akhirnya menghancurkan karir mereka seketika. Seringkali kehancuran ini begitu parah sehingga mereka sulit untuk mengembalikan popularitas mereka ke titik semula. Berbagai bentuk godaan dunia biasanya akan sulit ditolak ketika kita merasa berada di puncak, ketika kita terlena dalam kesuksesan, ketika kita merasa kuat. Skandal seks, korupsi, kesombongan, ketamakan dan sebagainya sering membuat para tokoh terkenal kemudian jatuh. Betapa ironisnya, mengingat banyak di antara mereka yang telah membangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.
Mempertahankan jauh lebih sulit daripada memulai. Itu harus selalu kita ingat. Karena di saat kesuksesan hadir dalam diri kita, ada banyak faktor yang siap membuat kita lupa diri. Ini adalah sesuatu yang akan sangat jarang menerpa ketika kita sedang merintis sesuatu. Membangun sesuatu, atau merintis sesuatu itu tidak mudah, tetapi mempertahankan itu jauh lebih sulit lagi. Paulus dengan tegas mengatakan hal ini. "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Ketika kita merasa kuat, ketika kita merasa sukses, di saat seperti itulah kita harus waspada lebih dari sebelumnya. Di saat kita mengira kita sudah teguh berdiri, ketika kita berada di puncak karir atau popularitas dan sebagainya, itulah sebenarnya yang merupakan masa paling rawan bagi kita untuk jatuh.
Alkitab pun mencatat banyak contoh tokoh yang sebenarnya luar biasa, berprestasi atau setidaknya menjanjikan, namun mereka tersandung jatuh hanya karena masalah yang relatif kecil yang seharusnya bisa mereka hindari. Lihat Musa yang antiklimaks, telah begitu sabar menuntun bangsa Israel yang tegar tengkuk selama puluhan tahun, akhirnya gagal memasuki tanah terjanji karena ia tidak bisa menahan emosi pada suatu ketika. Lihat beberapa raja Israel yang jatuh ketika berada di puncak karir dan popularitas mereka. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu cemerlang namun akhirnya binasa akibat serangkaian dosa yang ia perbuat. Korah merasa dirinya terlalu hebat kemudian haus akan kekuasaan dan jabatan lalu memberontak. akibatnya Korah dan orang-orangnya pun mengalami akhir yang mengerikan. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10).Kisah menara Babel, jemaat Laodikia dalam kitab Wahyu dan sebagainya, semua menunjukkan bahwa ketika situasi sedang sangat baik, ketika sedang berada di puncak, disanalah ada bahaya mengancam. Itulah titik rawan bagi kita untuk jatuh.
Kepada jemaat Filadelfia dalam kitab Wahyu kita bisa melihat sebuah pesan yang sangat penting untuk kita ingat. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu." (Wahyu 3:11). Peganglah terus, pertahankanlah. Itu sebuah seruan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terlebih ketika aroma kesuksesan dan kenyamanan berada di atas sedang memenuhi diri kita. Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ini sebuah pesan agar kita lebih teliti, lebih jeli dan lebih berhati-hati menapak ke depan. Keselamatan yang telah kita peroleh sebenarnya sungguh tinggi nilainya, karenanya berhati-hatilah agar jangan apa yang telah kita genggam akhirnya harus luput dari tangan kita. Demikian dikatakan oleh Penulis Ibrani: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (3:14).
Apakah saat ini anda sedang menikmati buah dari usaha yang telah kita rintis selama bertahun-tahun? Apakah anda sedang bersukacita karena apa yang kita perjuangkan berhasil? Apakah anda sedang berada pada puncak karir atau kesuksesan anda? Jika itu yang sedang anda alami saat ini, inilah saatnya bagi anda untuk benar-benar waspada. Sesungguhnya ada banyak jebakan dan jerat yang siap menjatuhkan jika kita tidak hati-hati. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Di saat kita sedang merasa kuat, disanalah sebenarnya masa-masa rawan yang harus benar-benar kita awasi. Marilah kita terus mengingatkan diri kita agar terus memegang apa yang sudah dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan agar jangan lenyap dari diri kita. Berhati-hatilah terhadap berbagai jebakan dosa, apalagi yang tidak kasat mata, terlihat sepele, kita anggap sangat kecil dan sebagainya. Sudah terlalu banyak contoh kejatuhan anak-anak Tuhan disaat mereka sedang terlena dalam kesuksesan, di kala mereka sedang merasa kuat dan hebat. Oleh karena itu peganglah teguh apa yang sudah anda miliki hari ini dari Tuhan, pertahankanlah, dan tetaplah bersyukur dan hidup rendah hati, mengasihi seturut dengan kehendak Allah ketika anda sedang berada di atas.
Ketika kita kuat berhati-hatilah agar jangan jatuh
0 komentar:
Posting Komentar