Ini tugas gizi kerja teman saya hehehe boleh curi untuk d post :D
krna ketua kelas.y sahabat saya :D
BAB I.
PENDAHULUAN
Dalam biokimia Trace Elemen adalah suatu unsur kimia yang dibutuhkan tubuh
untuk pertumbuhan yang tepat, pengembangan, dan fisiologi organisme. Trace
Elemen juga dalam biokimia disebut
sebagai Mikronutrien. Didalam bidang
ilmu gizi sejak tahun 1990 mulai dikenal istilah Micronutrien yang dalam
bahasa indonesia disebut sebagai zat gizi mikro. Hal ini berhubungan dengan
beberapa mineral yang terdapat pada jaringan, walaupun dalam jumlah yang sangat
kecil, tetapi merupakan zat gizi yang esencial.
Zat gizi mikro merupakan suatu zat yang sangat
penting yang memberikan tekanan pada pentingnya vitamin dan mineral termasuk
Trace Element ( Unsur Kelimut ) sebagai
suatu kesatuan zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit yaitu <
100 mg/ hr. Walaupun telah dikatakan bahwa zat gizi mikro adalah suatu zat yang
diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang seidikit, tetapi mempunyai fungsi yang
sangat penting bagi tubuh. Adapun unsur tersebut memegang peranan penting untuk
pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan dan reproduksi. Beberapa fungsi unsur
kelimut (mineral mikro) yaitu berhubungan dengan protein serta sisitim
kekebalan adalah Seng (Zn), metabolisme glukosa adalah Khrom (Cr), dan metabolisme struktur tulang adalah Mangan (Mn) dan sebagaimana.
Berdasar atas peran dan
fungsi Trace element atau mineral mikro yang sangat bermanfaat pada tubuh
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya maka terdapat enam mineral mikro
yang akan diuraikan yaitu : Besi (Fe), Iodium (I), Seng (Zn), Mangan (Mn),
Khrom (Cl), dan Fluor(F)
BAB II
PEMBAHASAN
I. Besi (Fe)
A. Fungsi Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang paling
banyak terdapat di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa
fungsi esensial di dalam tubuh yaitu : Sebagai alat angkut oksigen dari
paru-paru kejaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan
sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain
itu besi berperan pula pada metabolisme energi walaupun terdapat luas di dalam
makanan banyak penduduk dunia mengalami kekurangan besi, termasuk di Indonesia.
Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun
terakhir di akui berpengaruh terhadap produktifitas kerja, penampilan kognitif,
dan sistim kekebalan.
B. Sumber Besi (Fe)
Sumber besi adalah makanan hewani seperti
daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainya adalah telur, serealia tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi
perlu diperhatikan pula kualitas besi di dalam makanan atau yang disebut juga
ketersediaan biologig (bioavailability). Pada umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai
ketersediaan biologik tinggi, besi didalam serealia dan kacang-kacangan
mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi didalam sebagian besar sayuran
terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai
ketersediaan biologik rendah.
C. Akibat Kekurangan
Besi (Fe)
Defisiensi besi terutama menyerang golongan
rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil, dan menyusui serta pekerja
berpenghasilan rendah.
Kekurangan
besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi bila simpanan besi
berkurang yang terlihat pada penurunan feritin dalam plasma hingga 12 ug/L. hal
ini dikompenasi dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan
kemampuan mengikat besi total. Pada tahap ini belum terlihat perubahan
fungsional pada tubuh. Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan besi,
menurunya jenuh transferin hingga kurang dari 16 % pada orang dewasa dan
meningkatnya protoporfirin, yaitu bentuk pendahulu (prekursor) hem. Pada tahap
ini nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nlai normal. Hal ini
dapat menganggu metabolisme energy, sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan
bekerja. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, dimana kadar hemoglobin
total turun dibawah nilai normal.
Kekurangan
besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu
makan, menurunya kebugaran tubuh, menurunya kemampuan kerja, menurunya
kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur
suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekurang besi menimbulkan apatis, mudah
tersinggung., menurunya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar.
D. Akibat
Kelebihan Besi (Fe)
Kelebihan besi jarang terjadi karena makanan,
tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa muntah,
diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsang.
E. Absorpsi,
Transportasi dan Penyimpanan Besi
Sebeleum
diabsorpsi pada lambung Fe dibebaskan dari ikatan organic seperti protein.
Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini
terjadi dalam suasana asam didalam lambung dengan adanya HCL dan Vitamin C.
Absorpsi terjadi pada duodenum dengan bantuan
alat angkut protein khusus. Terdapat 2 jenis alat angkut protein di sel mukosa
usus halus yang membantu penyerapan Fe yaitu Transferin dan Feritin.
Transferin adalah protein yang disintesis di
dalam hati terdapat dalam dua bentuk. (1) Tranferi mukosa mengangkut besi dari
saluran cerna kedalam sel mukosa dan memindahkannya ke Transferin reseptor,
yang terdapat pada sel mukosa. Transferi mukosa kemabali kerongga saluran cerna
untuk mengikat besi lain. (2) Transferin reseptor mengangkut besi melalui darah kesemua jaringan
tubuh.
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi
hem seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan bei non
hem dalam makanan nabati.
Besi hem diabsorpsi kedalam sel mukosa sebagai
kompleksporfirin utuh. Cincin porfirin didalam sel mukosa kemudian dipecah oleh
enzim khusus (homoksigenase) dan besi dibebaskan. Besi hem dan non hem kemudian
melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama
dengan alat angkut yang sama. Besi hem hanya merupakan bagian kecil dari besi
yang diperoleh dari makanan (kurang lebih 5%) dari besi total makanan) namun
yang dapat diabsorpsi dapat mencapai 25% sedangkan non hem hanya 5%.
Sebagian besar transferin membawa besi ke sum
sum tulang dan bagian tubuh lain. Didalam sum sum tulang besi digunakan untuk
membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Kelebihan
konsumsi besi yang mencapai 200 mg/hr hingga 1500 mg disimpan sebagai feritin
dan homosiderin di dalam hati (30%), sum-sum tulang belakang (30%), dan
selebihnya didalam lifa dan otot.
II.
Iodium (I)
A.
Fungsi Iodium (I)
Iodium ada didalam tubuh dalam jumlah sangat
sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg.
Sekitar 75% dari iodium ini adalah di dalm kelenjar tiroid yang digunakan untuk
mensintesis hormone tiroksin, tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3).
Hormon-hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan
mental manusia. Sisa iodium ada di dalam jaringan lain, terutama di dalam
kelenjar-kelenjar ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal. Di dalam darah iodium
terdapat dalam bentuk iodium bebas atau terikat dengan protein (Protein-Bound Iodiner/PBI. Iodium merupakan bagian integral dari kedua
macam hormon tiroksin triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi
utama hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid
mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian hormon
tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zar gizi yang menghasilkan energyi.
Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Disamping itu kedua hormoni
itu mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi
otot dan saraf. Iodium berpera pula dala perubahan karotin menjadi bentuk aktif
vitamin A, Sintesis protein, dan absorpsi karbihidrat dari saluran cerna. Iodium berperan pula dalam sintesis kolesterol darah.
B.
Sumber Iodium (I)
Lauk
merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu, makanan lauk berupa ikan, udang
dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik. Di daerah
pantai, air dan tanah mengandung banyak iodium sehingga tanaman yang tumbuh di
daerah pantai mengandung cukup banyak iodium. Semakin jauh tanah itu dari
pantai semakin sedikit pula kandunga iodiumnya, sehingga tanaman yang tumbuh di
daerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit sekali atau tidak
mengandung iodium. Salah satu cara penanggulangan kekurangan iodium ialah
melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium.
C.
Akibat Kekurangan Iodium (I)
Pada kekurangan iodium, konsentrasi hormon
tiroid menurun dan hormon perangsang tiroid/TSH meningkat agar kelenjar tiroid
mampu menyerap lebih banyak iodium. Bila kekurangan berlanjut, sel kelenjar
tiroid membesar dalam usaha peningkatan pengambilan iodium oleh kelenjar tersebut.
Bila pembesaran ini menampak dinamakan gondok sederhana. Bila terdapat secara
meluas disuatu daerah dinamakan gondok endemic. Gondok menampakan diri dalam
bentuk gejala yang sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu
sisi dan pembesaran kelenjar tiroid pada posisi lain. Gejala kekurangan iodium
adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi
lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang
dikenal sebagai kretinisme. Seorang anak yang mendrita kretinisme mempunyai
bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak
menyebabkan kemapuan belajar yang rendah.
D.
Akibat Kelebihan Iodium (I)
Suplemen iodium dalam dosis terlalu tinggi
dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnnya kekurangan
iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas.
E.
Absoprsi dan Ekskresi
Iodium
dengan mudah diserap dalam bentuk Iodida, konsumsi normal sehari adalah 100-150
µg sehari. Didalam darah iodium terdapat dalam bentuk bebas dan terikat dengan
protein. Manusia dewasa sehat mengandung 15-20 mg iodium 70-80% diantaranya
berada dalam kelenjar tiroid. Didalam kelenjar tiroid iodium digunakan untuk
mensintesis hormone-hormon triiodotironin (T3) dan tiroksin atau tetra
iodotironin (T4). Penagkapan iodide oleh kelenjar tiroid dilakukan melalui
transfer aktif yang dinamakan pompa natrium. Mekaninsme ini diatur oleh hormone
yang merangsang tiroid (Tiroid Stimulating Hormon/TSH dan hormone
Tirotforin/TRH) yang dirangsang oleh hipotalamus pada kelenjar pituitari untuk
mengatur sekresi tiroid. Kelebihan iodium terutam dikeluarkan melaui urin, dan
sedikit melalui feses.
III.
Seng (Zn)
A.
Fungsi Seng (Zn)
Seng berperan sebagai bagian dari enzim atau
sebagai kofaktor, seng bereperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti
reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat,
protein, lipida dan asam nukleat. Seng berperan dalam pemeliharaan keseimbangan
asam basa dengan cara membantu mengeluarkan karbon dioksida dari paru-paru.
pada pernapasan Seng sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase
yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA. Seng berperan pula dalam sintesis
dan degradasi kolagen. Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi
laki-laki dan pembentukan sperma, Seng diperlukan untuk sintesis alat angkut
vitamin A. Seng berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan
dalam pembentukan antibody oleh sel B. Seng tampaknya pula berperan dalam
metabolisme tulang, transport oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan
struktur dan fungsi membran serta proses pengumpalan darah.
B.
Sumber Seng (Zn)
Sumber paling
baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, dan telur.
Serealia tumbuk dan kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik, namun
mempunyai ketersediaan biologic yang rendah.
C.
Akibat Kekurangan Seng (Zn)
Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun
1960-an, yaitu pada anak dan remaja laki-laki di mesir, iran, dan turki dengan
karakteristik tubuh pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Defisiensi
seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil, dan menyusui
serta orang tua. Tanda –tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, gangguan fungsi pangkreas,
gangguan pembentukan kilomikron, dan kerusakan permukaan saluran cerna.
Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan
seng kronis menganggu pusat sitim saraf dan fungsi otak. Kekurangan seng dapat
menganggu metabolisme vitamin A, kekurangan seng juga menganggu fungsi kelenjar
tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra
rasa serta memperlambat penyembuhan luka.
D.
Akibat Kelebihan seng (Zn)
Kelebihan seng hingga dua sampai tiga kali AKG
menurunkan absorpsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi
metabolism kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat
mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan
reproduksi. Suplemen seng bias menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang
asan dan disimpan di dalam kaleng yang dilapisi seng.
E. Absorpsi dan Ekskresi seng (Zn)
Absorpsi dan
metabolism seng menyerupai absorpsi dan metabolism besi. Seng diangkut oleh
albumin dan transferin dan masuk kedalam aliran darah dan dibawa ke hati.
Kelebihan akan disimpan dihati dlam bentuk metalotionenin. Lainya dibawa
kepangkreas dan jaringan tubuh lain. Dipangkreas seng digunakan untuk membuat
enzim pencernaan yang pada waktu makan dikeluarkan kedalam saluran cerna.
Sirkulasi seng didalam tubuh dari pangkreas kesaluran cerna dan kembali ke
pangkreas dinamakan sirkulasi enteropangkreatik.
Seng
dikeluarkan tubuhterutama melaui feses. Disamping itu seng dikeluarkan melalui
urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel dinding
usus, cairan haid dan mani.
IV.
Mangan (Mn)
A.
Fungsi Mangan (Mn)
Mangan tampaknya berperan sebagai kofaktor
berbagai enzim yang membantu bermacam proses metabolisme. Beberapa bentuk enzim
tersebut adalah glutamin sintetase, superoksida dismutase di dalam mitokondria
dan piruvat karboksilase yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan
lipida. Enzim-enzim lain yang berkaitan dengan mangan juga berperan dalam
sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat dan tulang serta pencegahan
peroksidasi lipida oleh radikal bebas.
B.
Sumber Mangan (Mn)
Mangan terdapat banyak dalam bahan makanan
nabati, sumber mangan yang baik adalah teh kering, instant coffee, tepung
coklat, sambal pecel, nenas kalengan, serta roti dan gandum.
C.
Akibat Kekurangan Mangan (Mn)
Kekurangan mangan belum pernah terlihat pada
manusia
D.
Akibat Kelebihan Mangan (Mn)
Keracunan karena kelebihan mangan dapat terjadi
bila lingkungan terkontaminasi oleh mangan. Pekerja tambang yang mengisap
mangan yan ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama, menunjukan
gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnormal.
E.
Absorpsi dan Ekskresi Mangan
Mekanisme
absorpsi mangan hingga sekarang belum diketahui dengan pasti. Fe dan Kalsium
dapat menghambat absorpsi mangan. Mangan diangkut oleh protein transmanganin
dalam plasma. Setelah diabsorpsi mangan dalam waktu singkat terlihat dalam
empedu dan dikeluarkanndengan feses.
V.
Khrom (Cr)
A.
Fungsi Khrom (Cr)
Khrom
dibutuhkan dalam metabolism karbohidrat dan lipida. Krom bekerja sama dengan
insulin dalam memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Krom diduga
merupakan bagian dari ikatan organic factor toleransi glukosa bersama asam
nikotinat dan glutation
B.
Sumber Khrom (Cr)
Sumber krom
terbaik adalah makanan nabati. Kandungan krom dalam tanaman bergantung pada
jenis tanaman, kandungan krom tanah dan musim. Sayuran mengandung 30 hingga 50
ppm, biji-bijian dan seralia utuh 30 hingga 70 ppm, dan buah 20 ppm. Hasil laut
dan daging juga merupakan sumber krom yang baik.
C.
Akibat Kekurangan Khrom (Cr)
Kekurangan
krom karena makanan jarang terjadi, oleh karena itu AKG untuk krom belum
ditentukan.
D.
Akibat Kelebihan Khrom (Cr)
Krom tinggi dikaitkan dengan kejadian penyakit
hati dan kangker paru-paru. Kelebihan krom karena makanan belum pernah
ditemukan. Pekerja yang terkena limbah industri dan cat yang mengandun
E.
Absopsi dan Ekkresi Krom
Krom dalam bentuk Cr+++ diabsorpsi sebanyak 10%
hingga 25%. Bentuk lain krom hanya diabsorpsi sebanyak 1%. Mekanisme absorpsi
belum diketahui dengan pasti. Absorpsi dibantu oleh asam-asam amino yang
mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus. Seperti halya besi krom
diangkut oleh trasferin. Jika tingkat kejenuhan trasferin tinggi krom dapat
diangkut oleh albumin. Krom disekresi melalui urin.
VI.
Fluor (F)
A.
Fungsi Fluor (F)
Fluor dianggap zat gizi esensial karena
peranannya dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email gigi.
B.
Sumber Fluor (F)
Makanan
sehari-hari mengandung fluor, namun sumber utama adalah air minum. Konsumsi
fluor yang diangap cukup dan aman adalah 1,5-4,0 mg/sehari.
C.
Akibat Kekurangan Fluor (F)
Kekeurangan
fluor terjadi di daerah di mana air minum kurang mengandung fluor. Akibatnya
adalah kerusakan gigi dan keropos tulang pada orang tua.
D.
Akibat Kelebihan Fluor (F)
Kelebihan fluor dapat menyebabkan keracunan.
Hal ini baru terjadi pada dosis sangat tinggi atau setelah bertahun-tahun
mengunakan suplemen fluor sebanyak 20-80 mg sehari. Gejalanya adalah fluorosis
(perubahan warna gigi menjadi kekuningan), mulas, diare, sakit di daerah dada,
gatal dan muntah.
BAB III
PENUTUP
Secara keseluruhan Trace Element atau yang biasa
disebut mineral mikro dapat disimpulkan merupakan :
1. Bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan,
organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan
2. Selain itu berperan pula dalam berbagai
tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim
3. Mengatur pekerjaan enzim-enzim,
pemeliharaan keseimbangan asam- basa, membantu trasfer ikatan-ikatan penting melalui
membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sunita Almatsier, 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Prof.Dr.Ir. Deddy Muchtadi, MS,
2008, Pengantar Ilmu Gizi ,
Alfabeta, Bandung
Drs Kus Irianto, 2004, Gizi dan Pola Hidup Sehat. CV.
Yrama Widya, Bandung
___________, 1996, Trace
Element, http://en.wikipedia.org/wiki/trace
element.Diakses Tanggal 15 September 2011.
0 komentar:
Posting Komentar