kalau ada pencuri paling ulung adalah jawabnya saya hahaha :D
\maaf tidak bilang sebelumnya.. saya tidak ambil matakuliah epid gizi tapi sya boleh curi makalah ini dari fd-nya erma hahahaha :
semoga bermanfaat ^_^
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bayi berat lahir rendah
(BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar
masyarakat yang ditandai dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Kejadian
BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun
kurang. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Bayi lahir dengan
berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi
(Anonim, 2006).
Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi
kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Menurut perkiraan
WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara
berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah
BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan
terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan
hampir semua terjadi di Negara berkembang (Hadi, 2001).
Data epidemiologi
di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah menjadi
dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah
terkena penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit
kordiovaskuler (PKV) (Sayogo, 2003).
Berdasarkan hasil
pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas
pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91%
(Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara
0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan
kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi
yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong
oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).
Secara umum
Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang
diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan
estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama
periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk
maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan
kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).
Salah satu
indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian
bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi.
Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi
bila di bandingkan dengan Negara – negara di bagian ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena
gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan
karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR
pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes
RI, 2005).
Proporsi BBLR
dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi
dengan berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk
pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 – 2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami
penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel, 2005).
Hasil penelitian
Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999 tercatat kejadian
BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas pada
tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>
BBLR bervariasi
menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatra Utara
dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR
sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178
orang (75,8%), dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus
(2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep
hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).
BAB
II
LANDASAN
TEORI
v
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
v
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7% (2,3).
v
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.
(1) Faktor ibu
a.
Penyakit
Seperti
malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b.
Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi
yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum,
pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c.
Usia Ibu dan paritas
Angka
kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu
dengan usia.
d.
Faktor kebiasaan ibu
Faktor
kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol
dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur,
hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
(3) Faktor Lingkungan
Yang
dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi
dan paparan zat-zat racun.
v
Komplikasi
Komplikasi langsung
yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
• Hipotermia
• Hipoglikemia
• Gangguan cairan dan
elektrolit
• Hiperbilirubinemia
• Sindroma gawat nafas
• Paten duktus
arteriosus
• Infeksi
• Perdarahan
intraventrikuler
• Apnea of Prematurity
• Anemia
Masalah jangka panjang
yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara
lain:
• Gangguan perkembangan
• Gangguan pertumbuhan
• Gangguan penglihatan
(Retinopati)
• Gangguan pendengaran
• Penyakit paru kronis
• Kenaikan angka
kesakitan dan sering masuk rumah sakit
• Kenaikan frekuensi
kelainan bawaan
v
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir
bayi dalam jangka waktu. Dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
v
Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
• Umur ibu
• Umur ibu
• Riwayat hari pertama
haid terakir
• Riwayat persalinan
sebelumnya
• Paritas, jarak
kelahiran sebelumnya
• Kenaikan berat badan
selama hamil
• Aktivitas
• Penyakit yang
diderita selama hamil
• Obat-obatan yang
diminum selama hamil
v Pemeriksaan
Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik
pada bayi BBLR antara lain :
• Berat badan
• Berat badan
•
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
•
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
v
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
• Pemeriksaan skor ballard
• Pemeriksaan skor ballard
• Tes kocok (shake
test), dianjur untuk bayi kurang bulan
• Darah rutin, glukosa
darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
• Foto dada ataupun
babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat
nafas.
• USG kepala terutama
pada bayi dengan umur kehamilan
v
Penatalaksanaan/ terapi
-
Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
• Injeksi 1 mg IM
sekali pemberian, atau
• Per oral 2 mg sekali
pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu).
-
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.
Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama. Apabila
bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
Apabila bayi sudah
tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain.
Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor
janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
B.
SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
\
DAFTAR PUSTAKA
United Nations
Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York,
2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last
Update : Nov 2007 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.
Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2004.
Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from http://www.eMedicine.com.
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.
Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2004.
Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from http://www.eMedicine.com.
0 komentar:
Posting Komentar