Baca sajalah..
KASUS
BAYI GIZI BURUK MENINGGAL
Watampone—Bayi
asal kelurahan Bukaka, Kecamatan Tanette Riattang, Bone, Rita, tujuh bulan,
penderita gizi buruk akhirnya meninggal, Minggu 18 Oktober pukul 19.00 Wita.
Bungsu dari pasangan Aras, 27 tahun dan Ayu, 26 tahun itu menghembuskan nafas
terakhirnya setelah sempat mendapatkan perawatan selama tiga hari di RSUD
Tenriawaru.
Ayu, Ibu Rita di bukaka mengaku
sempat sedikit gembira melihat kondisi anaknya yang mulai membaik sejak
ditangani dokter spesialis anak di RSUD Tenriawaru. “Setalah dirawat,
kondisinya kelihatan mulai membaik. Badannya juga seperti sudah ada isi. Tapi
jelang magrib, Minggu Rita tiba-tiba menangis terus. Setelah itu, badannya
mulai tampak berubah. Matanya membengkak,” jelasya.
Rita merupakan anak bungsu dari lima
bersaudara. Aras, ayahnya berprofesi sebagai buruh lepas di pabrik batu bata
setelah sempat mengadu nasib sebagai tenaga kerja di Malaysia.
Lurah Bukaka, Nasrul mengatakan,
keluarga Aras kerap berpindah-pindah sehingga sulit terdata di kelurahan.
“Masalahnya, selain kurang mampu secara ekonomi, kepala keluarga juga kurang
pergaulan dan cenderung mengurung diri sehingga tetangga dan keluarganya tidak
tahu kalau Rita busung lapar,” ujarnya seraya menambahkan keluarga itu kerap
pergi ke Maccope, Kecamatan Awangpone, terutama ketika terjadi masalah antar
suami istri.
Kematian Rita memunculkan
keprihatinan pemerintahan kecamatan Tanete Riattang. Saat dikebumikan pukul
10.00 Wita, Senin 19 Oktober, camat Tanete Riattang, Promal Pawi, juga hadir di
pemakaman.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Bone,
Hj. Ny. Warnawati Idris Galigo yang sebelumnya berencana menjenguk bayi gizi
buruk di rumah sakit terpaksa membatalkan. Meski demikian, anggota DPRD Bone,
Irwandy ikut menyerahkan santunan duka ke keluarga. Anggota fraksi PAN
sebelumnya juga berjanji menanggung biaya pengobatan Rita hingga pulih.
Di tempat terpisah, Humas RSUD
Tenriawaru Bone, dr. Kadir S yang dikonfirmasi mengaku belum mendapatkan
informasi lengkap tentang kematian bayi gizi buruk asal Bukaka tersebut.
Namun dia memastikan upaya
pengobatan sudah maksimal. Namun usaha terkendala dengan lambatnya Rita bibawa
ke rumah sakit. “Seharusnya, masyarakat sekitar, baik tetangga maupun
keluarganya tidak terlambat melaporkan kasus gizi buruk ke rumah sakit atau
puskesmas. Sekarang kan, pengobatan sudah gratis. Jangan lagi karena
ketidaktahuan sehingga takut memanfaatkan sarana rumah sakit,” sarannya.
Keprihatinan tidak hanya Camat
tanete Riattang. Bupati Bone, HA Muh Idris Galigo juga merasakan. Ditemui di
kantornya, bupati mengharapkan kejadian Rita tersebut tidak terulangi lagi pada
masa mendatang.
Menurut Bupati, salah satu program
pembangunan Pemkab Bone yakni memfokuskan pada masalah kesehatan. Karena itu,
pelayanan kesehatan diminta selalu didahulukan daripada administrasi.
“Kami berterima kasih jika pelayanan
kesehatan dikritik. Mamang masih ada pegawai yang bekerja iseng dan tidak
professional. Tak bisa dipungkiri itu,” tandas Idris Galigo. Meski demikian
lanjut mantan jaksa tersebut, tak bisa dikaitkan gizi buruk dengan kekurangan
makanan. Bisa saja gizi buruk disebabkan gangguan fungsi organ tubuh.
Pendekatan Dalam Penelaan Kajian
Antropologi.
Pendekatan
Secara Holistik. Mencakup beberapa dimensi manusia yaitu biologis, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi.
Dimensi
Biologis : Dari kasus diatas, dapat dilihat beberapa dimensi
biologis yang mencakup di dalamnya. Salah satunya adalah keadaan yang juga ada
hubungannya dengan kekebalan fisik dari si anak. Dalam hal ini, Rita yang
meninggal dunia karena dilansir kekurangan gizi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pengaruh gen atau bawaan dari orang tua sang anak juga sangat berpengaruh. Dari
beberapa wawancara selanjutnya, orang tua dari anak gizi buruk ini memang
memiliki pertahanan tubuh yang lemah. Atau secara ilmu kedokteran dikatakan
bahwa orang tua ini mewariskan sifat yang lemah tersebut kepada anaknya.
Sehingga bayi berusia tujuh bulan ini juga kurang mampu dalam mempertahankan
kondisi tubuh yang maksimal.
Dimensi
Psikologis : Kalau dilihat melalui pendekatan psikologis,
masalah ini menyangkut tentang bagaimana pandangan orang tua sang bayi terhadap
pentingnya kesehatan akan anak mereka. Kalau dilihat dari kejadian seperti ini
sepertinya sang orang tua kurang memahami akan apa yang dimaksud dengan
management diri dalam ilmu psikologi. Mereka tidak mengetahui apa yang harus
mereka dahulukan ketika berada dalam himpitan kemiskinan dan anaknya sakit.
Jadi salah satunya harus dikorbankan. Jika orang tua ini mengerti akan
pentingnya pengendalian diri dalam membesarkan anak dan dalam menghadapi
kerasnya kehidupan, maka kejadian seperti ini tidak akan mungkin terjadi.
Dimensi
Sosial : Melihat hubungan sosial yang dijalin oleh orang
tua si bayi juga sepertinya kurang baik. Kita telaah saja. Orang-orang bahkan
tetangga-tetangga mereka pun tidak mengetahui bahwa Rita, anaknya, mengalami
kekurangan gizi atau gizi buruk. Dari hal-hal yang sekecil itulah yang dapat
mengakibatkan kejadian buruk seperti kematian Rita ini. Orang tuanya kurang
pergaulan dan lebih menutup diri sehingga orang lain juga merasa enggan untuk
menyapa mereka atau sampai pada memberikan pertolongan. Sebenarnya itu tidak
harus terjadi karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang selalu
membutuhkan bantuan serta dorongan dari orang lain.
Dimensi
Budaya : Dari kasus seperti diatas, kebudayaan yang dianut
juga sangatlah berpengaruh. Kebiasaan orang tua si bayi yang tidak pernah
memberikan makanan yang cukup mengandung gizi kepada anak-anak mereka sehingga
terjadilah kasus gizi buruk seperti itu. Sebenarnya bukan terletak pada masalah
kebiasaan saja, tetapi juga menyebar pada pola pikir orang tua. Mungkin mereka
berpikir buat apa memberikan makanan yang bergizi sementara keadaan keuangan
mereka tidak membaik malah memburuk. Hal dan pemikiran seperti itulah yang
dapat memacu suatu kebiasaan yang tidak baik seperti mendoktrin diri sendiri
untuk tidak memberikan makanan bergizi.
Dimensi
Ekonomi : Kalau dari dimensi ekonomi, masalah ini sudah
sangat jelas. Keadaan ekonomi keluarga yang bersangkutan sungguh sangat tidak
memungkinkan untuk pemberian asupan makanan bergizi bagi anak mereka. Jadi
kalau dilihat secara ekonomi, orang tua dari Rita tidak dapat disalahkan
sepenuhnya karena ada faktor X dan Y seperti ekonomi yang menyebabkan kelalaian
kasus ini.
0 komentar:
Posting Komentar